jlk – Pernahkah Anda berpikir bagaimana orang-orang di masa lalu menyetrika pakaian mereka? Bagaimana mereka bisa menghilangkan kerutan dan lipatan pada kain tanpa alat elektronik yang canggih seperti sekarang?
Ternyata, setrika adalah salah satu penemuan yang sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu, dan telah mengalami berbagai perubahan dan perkembangan seiring dengan kemajuan teknologi dan kebutuhan manusia.
Artikel ini akan mengajak Anda untuk menelusuri sejarah setrika, dari batu hingga listrik, yang membuat pakaian kita rapi dan nyaman.
Batu, Kaca, dan Kayu: Setrika Primitif yang Berat dan Sulit
Setrika dipercaya mulai dikenal dan digunakan orang sejak 400 SM terutama oleh bangsa Yunani. Saat itu, setrika digunakan untuk membuat lipatan-lipatan vertikal pada pakaian-pakaian kebesaran yang akan digunakan untuk melakukan upacara atau ritual tertentu.
Setrika yang digunakan adalah batang bundar seperti batang penggiling yang terbuat dari besi dan dipanaskan sebelum digunakan. Alat ini disebut goffering iron.
Orang-orang di Kekaisaran Romawi juga memiliki alat-alat yang berfungsi seperti setrika, meskipun tidak menggunakan panas. Salah satunya adalah alat pengepres pakaian dengan tangan yang berupa dayung atau palu logam datar yang digunakan untuk memukul-mukul pakaian.
Alat lainnya adalah prelum, yang terbuat dari kayu dan berbentuk seperti alat pemeras anggur. Dua papan berat rata diletakkan di antara tuas yang juga terbuat dari kayu.
Kain atau pakaian kemudian diletakkan di antara kedua papan itu. Papan-papan itu, yang digerakan dengan tuas, akan menekan kain di tengah-tengahnya dan membuat kain bebas kerutan.
Orang-orang di Asia Timur, terutama Tiongkok, adalah yang pertama kali menggunakan logam panas untuk menyetrika pakaian.
Paling tidak sejak 1.000 tahun yang lalu, orang Tiongkok kuno telah memiliki alat untuk melincinkan pakaiannya. Alatnya terbuat dari besi yang dipanaskan dan berbentuk seperti sendok es krim besar. Alat ini diisi dengan batu bara panas, lalu ditekan di atas kain.
Orang-orang Viking di Skandinavia juga menggunakan setrika kuno yang terbuat dari bahan kayu, kaca, dan batu.
Ketika akan digunakan, alat-alat itu diletakkan di dekat uap untuk memanaskan, lalu digosokkan pada kain. Alat ini dianggap sebagai alat setrika paling awal di dunia barat. Bentuknya mirip jamur.
Alat-alat setrika primitif ini memiliki banyak kekurangan. Selain berat dan sulit digunakan, mereka juga tidak bisa mempertahankan panas dengan baik dan harus sering dipanaskan ulang. Hanya orang-orang kaya yang mampu mempekerjakan seseorang untuk mengerjakannya.
Mereka biasanya budak atau pelayan. Selain itu, setrika panas juga berfungsi untuk membunuh parasit, jamur, dan bakteri lain dalam pakaian, terutama sebelum pengering yang dipanaskan ditemukan.
Arang, Gas, dan Minyak: Setrika yang Lebih Praktis dan Efisien
Pada abad ke-15, setrika mengalami perbaikan pada bentuk dan bahan. Kotak besi panas ini dibuat dengan rongga di dalamnya untuk meletakkan elemen pemanas, seperti arang. Bagian atasnya dilengkapi pegangan.
Sementara bagian bawahnya dibuat dengan logam yang halus. Ini pun menghilangkan kebutuhan akan kain tambahan di antara kain dan besi, karena bagian bawah setrika tidak akan membuat permukaan pakaian kotor.
Alat ini digunakan selama beberapa ratus tahun di berbagai negara. Setrika arang kini menjadi barang antik dan menarik bagi banyak kolektor. Bahkan, setrika arang modern diproduksi di Asia dan di sebagian besar Afrika.
Pada abad ke-17, setrika muncul di dunia barat dengan bentuk sepotong besi yang tebal, permukaan bawahnya rata, serta diberi pegangan besi. Setrika ini disebut dengan sad iron.
Sebelum digunakan, sad iron dipanaskan di depan perapian atau kompor, baru setelah itu dipakai untuk melicinkan pakaian.
Kelemahan dari setrika ini adalah pada saat dipanaskan, pegangannya ikut panas karena terbuat dari besi yang sifatnya mudah menyerap panas.
Ketika teknologi kompor tungku ditemukan pada abad ke-19, beberapa masalah yang ditinggalkan flat iron mendapat jalan keluar.
Setrika ini pun bisa dipanaskan di atas kompor tungku, yang jauh lebih bersih daripada api. Setrika ini disebut setrika sedih karena beratnya, sekitar 5,6 kg, dan sulit untuk dipindahkan.
Pada 1870, seorang ibu rumah tangga bernama Mary Florence Potts di Ottumwa, Iowa, menemukan setrika cetak. Setrika ini adalah hasil pengembangan dari sad iron.
Setrika ini, kedua ujungnya dibuat runcing, agar lebih mudah saat menyetrika. Tahun berikutnya, Mary juga membuat sad iron yang pegangannya bisa dilepas, agar pegangannya tidak ikut panas saat sad iron dipanaskan. Potts juga membuat pegangan kayu yang bisa dilepas.
Ide ini dinilai brilian, karena pegangan setrika telah dibuat dari bahan yang sama sejak abad pertengahan. Ketika setrika tradisional dibiarkan di atas bara, diperlukan kain tebal atau sarung tangan untuk mengangkat setrika agar tidak panas.
Pegangan kayu Potts memastikan tidak akan ada luka bakar. Tak heran setrikanya diproduksi selama hampir 75 tahun.
Setelah gas tersedia di rumah-rumah di Amerika pada akhir 1800-an, setrika gas pun muncul. Yang paling awal dipatenkan pada tahun 1874.
Waktu itu masing-masing rumah sudah memiliki saluran gas. Setrika gas dihubungkan ke saluran gas dengan pipa. Setrika gas punya tempat pembakaran yang berhubungan dengan aliran gas. Ketika tempat pembakaran ini dinyalakan dengan korek api, setrika pun memanas.
Setrika sangat panas dan gas terkadang bocor. Namun, setrika gas lebih ringan daripada sad iron.
Berikutnya, setrika berbahan bakar lainnya menyusul. Setrika ini dipanaskan dengan minyak, bensin, parafin, dan bahan bakar lainnya.
Setrika ini memiliki tangki bahan bakar yang terhubung dengan sumbu. Sumbu ini harus dinyalakan dengan korek api, lalu disesuaikan dengan katup untuk mengatur panas.
Setrika ini lebih ringan dan praktis daripada setrika arang, tetapi juga berisiko meledak atau terbakar.
Listrik dan Uap: Setrika yang Modern dan Canggih
Banyak orang percaya bahwa setrika listrik ditemukan pertama kali dan dipatenkan oleh seorang Amerika, Henry W. Seely pada 1882. Desainnya dia kembangkan setahun sebelumnya.
Setrika ini berupa setrika listrik datar yang masih mempunyai beberapa kelemahan, di antaranya lama untuk panas, tetapi sangat cepat dingin.
Pun waktu itu belum semua rumah menggunakan listrik. Jadi, tidak semua orang bisa menggunakan setrika listrik.
Setrika listrik ini diperkenalkan ke pasar pada 1905 oleh seorang kelahiran Wisconsin, Earl Holmes Richardson. Setrika ini mengatur elemen pemanas dengan cara yang memusatkan panas pada titik ujung tapak setrika.
Cara ini diklaim membuat proses penyetrikaan lebih baik. Hotpoint pun menjadi setrika binatu listrik pertama yang sukses secara komersial.
Pada 1926, setrika uap pertama diperkenalkan oleh Eldec Company. Setrika ini menggunakan air yang dipanaskan oleh elemen pemanas listrik untuk menghasilkan uap.
Uap ini kemudian dilepaskan melalui lubang-lubang kecil di bagian bawah setrika. Uap ini membantu melicinkan pakaian dan membuat proses penyetrikaan menjadi lebih mudah dan efisien.
Setrika uap ini menjadi sangat populer dan banyak digunakan oleh orang-orang di seluruh dunia.
Setrika ini juga menjadi dasar bagi setrika-setrika modern yang kita gunakan sekarang. Setrika modern ini memiliki berbagai fitur canggih, seperti pengaturan suhu otomatis, sistem anti tetes, dan sistem pembersihan diri.
Setrika telah mengalami berbagai perubahan dan perkembangan sepanjang sejarah. Dari batu, kayu, dan kaca, hingga listrik dan uap, setrika telah menjadi alat yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari kita.
Meskipun teknologi dan metode penyetrikaan telah berubah, tujuan utamanya tetap sama: membuat pakaian kita rapi dan nyaman.
Dan siapa yang tahu apa yang akan datang selanjutnya dalam evolusi setrika? Satu hal yang pasti, setrika akan terus beradaptasi dan berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan kebutuhan manusia.