jlk – Dalam dunia yang sering kali terasa seperti sebuah panggung komedi yang tak berujung, dimana para pemimpin negara berlomba-lomba dalam pertunjukan bakat diplomasi.
kita menyaksikan sebuah adegan yang mungkin akan membuat Shakespeare bangga—atau setidaknya, membuatnya mengangguk-angguk sambil tersenyum sinis.
Di satu sudut panggung, kita memiliki Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, seorang mantan komedian yang tampaknya tidak pernah benar-benar meninggalkan panggung, bahkan ketika panggung tersebut berubah menjadi arena politik global.
Di sudut lain, ada Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak, yang dengan cekatan bermain dalam sandiwara ekonomi, sambil sesekali melontarkan lelucon tentang anggaran yang lebih kering daripada humor Inggris.
Kedua tokoh ini, dalam momen yang mungkin tercatat dalam buku sejarah sebagai ‘Diplomasi via Instagram’, telah mengirimkan ucapan selamat kepada Prabowo Subianto, yang baru saja memenangkan pemilihan presiden Indonesia dengan cara yang bisa dibilang lebih menegangkan daripada final acara pencarian bakat.
Zelensky, dengan gaya yang khas, memposting foto dirinya sedang berbicara melalui telepon dengan Prabowo, seolah-olah ingin mengatakan, “Lihat, saya juga bisa selfie sambil berdiplomasi.”
Sementara itu, Sunak, dalam surat yang mungkin ditulis dengan tinta yang terbuat dari teh Earl Grey, menyampaikan harapan untuk kerja sama bilateral yang lebih kuat antara Inggris dan Indonesia.
Ia berharap hubungan kedua negara akan berkembang seperti plot twist dalam novel Agatha Christie—penuh kejutan dan intrik, namun pada akhirnya, semua orang senang dan misteri terpecahkan.
Dubes Inggris untuk Indonesia, Dominic Jermey, juga tidak mau ketinggalan. Ia mengucapkan selamat kepada para legislatif terpilih di wilayahnya masing-masing, dengan nada yang mungkin mengingatkan kita pada guru yang memberikan pujian kepada murid-muridnya karena telah berhasil menyelesaikan ujian tanpa menangis.
Namun, di balik semua humor dan satire, ada pesan yang lebih dalam yang ingin disampaikan oleh kedua pemimpin ini.
Zelensky menekankan pentingnya partisipasi Indonesia dalam KTT Perdamaian sebagai kontributor bagi perdamaian dan keamanan global. Ini bukan hanya sekedar pujian, melainkan pengakuan atas peran Indonesia sebagai kekuatan global yang berpengaruh.
Sunak, dengan cara yang lebih halus, mungkin sedang mencoba mengirimkan sinyal bahwa Inggris siap untuk membangun ‘jembatan’ pasca-Brexit dengan negara-negara lain, dan Indonesia tampaknya menjadi salah satu pilihan yang menarik.
Mungkin ini adalah upaya untuk mengganti ‘jembatan’ yang hilang dengan Uni Eropa, atau mungkin ini hanyalah cara Sunak untuk mengatakan, “Hey, kita masih relevan di sini!”
Artikel ini, yang mungkin terdengar seperti narasi dari sebuah film dokumenter yang disutradarai oleh Wes Anderson.
sebenarnya adalah cerminan dari dunia politik saat ini—sebuah dunia di mana ucapan selamat bisa menjadi alat diplomasi, dan media sosial menjadi medan pertempuran baru bagi para pemimpin dunia.
Jadi, mari kita duduk, santai, dan menikmati pertunjukan ini. Siapa tahu, mungkin suatu hari nanti kita akan melihat para pemimpin dunia berkompetisi dalam acara ‘Diplomacy’s Got Talent’, di mana mereka akan dinilai berdasarkan kreativitas dalam mengirim ucapan selamat, kecerdasan dalam berdiplomasi, dan tentu saja, jumlah like di Instagram.
Sampai saat itu, kita hanya bisa tertawa, belajar, dan terus berharap bahwa di balik semua lelucon, ada kemajuan nyata yang terjadi dalam upaya menciptakan dunia yang lebih damai dan sejahtera.