jlk – Bulan Rajab adalah salah satu bulan yang dimuliakan dalam Islam. Bulan ini merupakan bulan haram, artinya bulan yang dilarang untuk berperang.
Ada empat bulan haram dalam Islam, yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.
Bulan Rajab juga memiliki keistimewaan karena di dalamnya terdapat peristiwa Isra’ Mi’raj, yaitu perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, lalu naik ke langit dan bertemu dengan Allah SWT.
Dalam menyambut bulan Rajab, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, seperti puasa, shalat, sedekah, dan berdoa.
Salah satu doa yang disunnahkan untuk dibaca saat memasuki bulan Rajab adalah doa yang pernah dilantunkan oleh Rasulullah SAW, yaitu:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
Allâhumma bârik lanâ fî rajaba wasya‘bâna waballighnâ ramadlânâ
Artinya: “Duhai Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadlan.” (Lihat Muhyiddin Abi Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Al-Adzkâr, Penerbit Darul Hadits, Kairo, Mesir)
Doa ini mengandung makna bahwa umat Islam memohon kepada Allah SWT agar diberikan keberkahan, kesehatan, dan kesempatan untuk menjalani ibadah di bulan Rajab, Sya’ban, dan Ramadlan. Bulan-bulan ini merupakan bulan-bulan yang penuh dengan kebaikan dan rahmat Allah SWT.
Namun, doa ini juga menimbulkan kontroversi di kalangan ulama. Sebagian ulama menganggap doa ini sebagai doa yang lemah atau tidak sahih, karena tidak ada dalil yang kuat yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah membaca doa ini.
Sebagian ulama lainnya menganggap doa ini sebagai doa yang hasan atau baik, karena ada beberapa riwayat yang menyebutkan bahwa para sahabat dan tabi’in pernah membaca doa ini.
Salah satu riwayat yang menyebutkan doa ini adalah riwayat dari Anas bin Malik RA, yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dalam kitab Syu’abul Iman. Dalam riwayat ini, Anas bin Malik RA berkata:
“Ketika memasuki bulan Rajab, aku mendengar Rasulullah SAW membaca:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
“Allahumma barik lana fi Rajab wa Sya’ban wa ballighna Ram
adlan.”
Namun, riwayat ini dinilai sebagai riwayat yang dha’if atau lemah, karena ada perawi yang bernama Abu Bakr bin Abi Maryam yang tidak dikenal.
Selain itu, riwayat ini juga bertentangan dengan riwayat lain yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW tidak pernah membaca doa ini.
Salah satu riwayat yang menyebutkan hal tersebut adalah riwayat dari Ibnu Abbas RA, yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitab Musnadnya. Dalam riwayat ini, Ibnu Abbas RA berkata:
“Rasulullah SAW tidak pernah membaca doa:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
“Allahumma barik lana fi Rajab wa Sya’ban wa ballighna Ramadlan.”
“Beliau hanya membaca:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ شَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ”
“Allahumma barik lana fi Sya’ban wa ballighna Ramadlan.”
Artinya: “Duhai Allah, berkahilah kami pada bulan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadlan.”
Riwayat ini dinilai sebagai riwayat yang shahih atau sahih, karena para perawinya adalah orang-orang yang tsiqah atau terpercaya.
Riwayat ini juga sesuai dengan riwayat lain yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW tidak pernah membaca doa khusus saat memasuki bulan Rajab.
Salah satu riwayat yang menyebutkan hal tersebut adalah riwayat dari Aisyah RA, yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihnya. Dalam riwayat ini, Aisyah RA berkata:
“Rasulullah SAW tidak pernah memperbanyak puasa di bulan apapun selain Ramadlan. Beliau juga tidak pernah memperbanyak puasa di bulan Sya’ban lebih dari bulan-bulan lainnya.”
Dari riwayat ini, dapat disimpulkan bahwa Rasulullah SAW tidak memberikan perlakuan khusus kepada bulan Rajab, baik dalam hal puasa maupun doa.
Beliau hanya memperbanyak puasa di bulan Sya’ban sebagai persiapan untuk menyambut bulan Ramadlan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa doa Rasulullah ketika memasuki bulan Rajab adalah doa yang memiliki keutamaan dan kontroversi.
Keutamaannya adalah sebagai bentuk permohonan kepada Allah SWT agar diberikan keberkahan dan kesempatan untuk beribadah di bulan-bulan yang penuh dengan rahmat.
Kontroversinya adalah terkait dengan status doa ini, apakah sahih, hasan, atau dha’if.
Meskipun demikian, doa ini tetap dapat dibaca oleh umat Islam sebagai salah satu amalan yang baik, selama tidak menganggapnya sebagai doa yang wajib atau sunnah mutawatir.
Doa ini juga tidak boleh dijadikan sebagai alasan untuk meninggalkan amalan-amalan lain yang lebih utama, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji.
Semoga Allah SWT menerima doa dan amal kita, dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang beruntung di bulan Rajab, Sya’ban, dan Ramadlan. Amin.