jlk – Pada suatu hari yang tampaknya biasa di Gaza, sebuah antrean panjang terbentuk.
Bukan antrean untuk konser populer atau penjualan sembako murah, tetapi antrean untuk mendapatkan bantuan kemanusiaan. Ironisnya, di tengah kekurangan pasokan makanan, tragedi menyeruak seperti badai.
Israel, dengan kebrutalan yang tak terduga, menembak warga Gaza yang sedang mengantre bantuan.
Serangan brutal itu menewaskan 112 orang dan 760 orang mengalami luka-luka. Bayangkan, mereka yang sudah menderita kelaparan, harus menelan pil pahit ini. Seolah-olah mereka berada di dalam film horor, bukan di dunia nyata.
Dewan Keamanan PBB, seperti superhero dalam komik, mengadakan pertemuan darurat. Mereka berkumpul di Markas PBB, New York, bukan di Batcave atau Fortress of Solitude.
Pertemuan ini berlangsung pada 21.15 GMT atau sekitar 4.15 WIB. Sumber diplomatik kepada AFP, mengatakan pertemuan tertutup itu atas permintaan Aljazair untuk menyikapi serangan Israel saat pengiriman bantuan makanan ke Gaza.
Dalam sebuah twist plot yang tak terduga, tragedi ini menjadi sorotan dunia. Pemerintah Prancis mengatakan “penembakan yang dilakukan tentara Israel ke warga sipil yang berupaya mengakses makanan” adalah tindakan yang “tidak dapat dibenarkan”.
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden menyatakan kekhawatirannya bahwa insiden itu akan mempersulit upaya AS dan mediator lain untuk menengahi gencatan senjata sementara dalam perang antara Hamas dan Israel.
Tragedi ini adalah cerminan tragis dari konflik yang berkepanjangan. Namun, di balik setiap tragedi, ada pelajaran yang bisa kita petik.
Seperti kata Albert Einstein, “Di tengah kesulitan terdapat kesempatan.” Semoga kesempatan itu adalah perdamaian dan keadilan bagi semua pihak yang terlibat.