jlk – Pada Maret 2024, Democracy Summit kembali digelar di Seoul, Korea Selatan. Konferensi Tingkat Tinggi ini dihadiri oleh negara-negara maju dari blok Barat maupun negara-negara berkembang dari kawasan Asia, Afrika, dan Timur Tengah.
Namun, pertanyaan pentingnya, apakah konferensi ini akan membawa manfaat bersama?
Globalisasi dan Demokrasi: Dua Sisi Mata Uang yang Sama?
Demokrasi dan globalisasi, dua konsep yang tampaknya berjalan seiring, namun sering kali bertentangan.
Bagi Amerika Serikat, demokrasi berarti memaksa negara-negara sasaran untuk ramah terhadap globalisasi korporasi.
Dengan kata lain, melalui forum internasional seperti Democracy Summit, AS dan negara-negara Eropa Barat yang tergabung dalam Uni Eropa, berusaha melestarikan pendekatan Unipolar/Pengkutuban Tunggal.
Demokrasi Menurut Amerika Serikat
William Bloom, dalam bukunya yang monumental bertajuk “American Deadliest Export Democracy, The Truth About US Foreign Policy and Everything Else”, menulis: “Apa yang dimaksud para pemimpin Amerika dengan demokrasi?”
Menurut William “Yang mereka pikirkan hanyalah segala bentuk demokrasi ekonomi-penutup ketimpangan antara kaum yang sangat miskin dan kaum yang tidak pernah merasa cukup. Yang mereka pikirkan adalah memastikan negara sasaran tersebut memiliki mekanisme-mekanisme politik, keuangan, serta hukum yang sesuai dan ramah terhadap globalisasi korporasi.”
Implikasi Globalisasi Korporasi
Globalisasi korporasi telah menciptakan dampak besar terhadap seluruh dimensi kehidupan manusia. Dalam konteks politik negara, globalisasi telah mentransformasi kekuasaan politik negara modern dan warga negara.
Beberapa pengamat menyatakan bahwa globalisasi pasar bebas akan mendorong demokratisasi politik, sedangkan kelompok lainnya mengatakan globalisasi telah menciptakan krisis demokrasi.
Dalam konteks ini, tampaknya Amerika Serikat menggunakan demokrasi sebagai alat untuk mempromosikan globalisasi korporasi.
Namun, pertanyaan yang muncul adalah apakah model demokrasi seperti ini benar-benar menguntungkan bagi semua pihak, atau hanya menguntungkan segelintir korporasi besar? Ini adalah pertanyaan yang perlu kita pertimbangkan dalam era globalisasi saat ini.