Penipuan properti bukanlah hal yang baru. Semakin hari, kasus penipuan pembelian rumah justru semakin banyak.
Lalu, apa yang membuat para korban mudah tertipu? Berikut ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi korban penipuan properti:
Kurangnya pengetahuan dan keterampilan. Banyak korban yang tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk mengurus proses jual beli properti secara legal.
Mereka tidak tahu bagaimana cara memeriksa keabsahan dokumen, sertifikat, izin, atau surat-surat lain yang berkaitan dengan properti.
Mereka juga tidak tahu bagaimana cara melakukan negosiasi, pembayaran, atau penyelesaian sengketa yang mungkin terjadi .
Kurangnya kewaspadaan dan kehati-hatian. Banyak korban yang tidak waspada dan hati-hati dalam melakukan transaksi properti. Mereka mudah percaya dengan janji-janji manis, promo-promo menggiurkan, atau testimoni-testimoni palsu yang ditampilkan oleh para penipu.
Mereka tidak melakukan pengecekan atau survei terhadap properti yang akan dibeli atau disewa. Mereka juga tidak meminta bukti resmi atau jaminan tertulis dari pihak penjual atau pengembang .
Kurangnya bantuan profesional. Banyak korban yang tidak memanfaatkan bantuan profesional dalam melakukan transaksi properti. Mereka tidak menggunakan jasa konsultan, notaris, atau agen properti yang berlisensi dan berpengalaman.
Mereka berpikir bahwa menggunakan jasa profesional akan menambah biaya atau merepotkan. Padahal, menggunakan jasa profesional akan memberikan perlindungan hukum dan keamanan dalam transaksi properti .