jlk – Apartheid adalah sebuah kata yang mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita. Kata ini berasal dari bahasa Afrikaans yang berarti “pemisahan”, dan mengacu pada sistem diskriminasi rasial yang diterapkan oleh pemerintah kulit putih di Afrika Selatan dari tahun 1948 hingga 1994.
Dalam sistem ini, penduduk kulit hitam dan berwarna diperlakukan sebagai warga kelas dua yang tidak memiliki hak politik, sosial, ekonomi, dan budaya yang sama dengan penduduk kulit putih.
Mereka dipaksa hidup di daerah-daerah terpisah, disebut “bantustan”, yang miskin dan terbelakang. Mereka juga harus menghadapi berbagai bentuk kekerasan, penindasan, dan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh rezim apartheid.
Namun, tahukah Anda bahwa ada sebuah negara yang menerapkan sistem yang lebih buruk dari apartheid? Negara itu adalah Israel, yang sejak tahun 1967 menduduki wilayah Palestina, yaitu Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur.
Israel tidak hanya menguasai wilayah-wilayah tersebut secara militer, tetapi juga secara politik, ekonomi, dan identitas. Israel membangun pemukiman-pemukiman ilegal di wilayah-wilayah yang diduduki, yang dihuni oleh lebih dari 600.000 warga Israel.
Israel juga membangun tembok pemisah yang memotong akses warga Palestina ke tanah, air, sumber daya, dan layanan dasar.
Israel juga menerapkan kebijakan-kebijakan diskriminatif yang membedakan perlakuan antara warga Israel dan warga Palestina, baik yang berada di wilayah yang diduduki maupun di wilayah Israel sendiri.
Perbandingan antara sistem apartheid di Afrika Selatan dan pendudukan Israel di Palestina bukanlah hal yang baru. Banyak akademisi, aktivis, dan organisasi internasional yang telah menyoroti persamaan dan perbedaan antara kedua sistem tersebut.
Salah satu yang paling vokal adalah Afrika Selatan sendiri, yang merasakan sendiri pahitnya hidup di bawah apartheid.
Pada bulan Februari 2024, Duta Besar Afrika Selatan untuk Belanda, Vusimuzi Madonsela, menyatakan di hadapan Mahkamah Internasional bahwa “apartheid Israel di Palestina lebih buruk daripada yang kami alami” .
Ia mengatakan bahwa Israel telah melembagakan bentuk apartheid yang lebih ekstrem dan tidak manusiawi terhadap warga Palestina, yang harus diakhiri segera.
Lalu, apa yang membuat apartheid Israel lebih buruk daripada apartheid Afrika Selatan? Berikut adalah beberapa alasan yang dapat kita pertimbangkan:
Durasi dan intensitas. Apartheid Afrika Selatan berlangsung selama 46 tahun, dari tahun 1948 hingga 1994, ketika pemerintah kulit putih akhirnya menyerah dan mengadakan pemilu multirasial pertama yang dimenangkan oleh Nelson Mandela.
Apartheid Israel, di sisi lain, telah berlangsung selama 57 tahun, dari tahun 1967 hingga sekarang, tanpa ada tanda-tanda akan berakhir.
Israel terus memperluas dan memperkuat pendudukannya di wilayah Palestina, serta menolak untuk mengakui hak-hak warga Palestina sebagai bangsa yang berdaulat.
Israel juga terus melakukan pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia yang semakin brutal dan sistematis, seperti pembunuhan, penangkapan sewenang-wenang, penyiksaan, penghancuran rumah, pengusiran, pemblokiran, pengepungan, dan agresi militer.
Kompleksitas dan ambiguitas. Apartheid Afrika Selatan didasarkan pada klasifikasi rasial yang jelas dan kaku, yang membedakan antara kulit putih, kulit hitam, dan berwarna.
Meskipun sistem ini sangat tidak adil dan tidak masuk akal, setidaknya ada batasan-batasan yang terlihat dan terukur yang mengatur hubungan antara kelompok-kelompok tersebut.
Apartheid Israel, di sisi lain, didasarkan pada klasifikasi yang lebih kompleks dan ambigu, yang melibatkan faktor-faktor seperti kewarganegaraan, agama, etnisitas, tempat tinggal, status hukum, dan dokumen perjalanan.
Israel menciptakan berbagai kategori dan subkategori warga yang memiliki hak dan kewajiban yang berbeda-beda, tergantung pada situasi dan lokasi mereka.
Hal ini membuat warga Palestina sulit untuk mengetahui dan menuntut hak-hak mereka, serta membuat warga Israel sulit untuk mempertanggungjawabkan tindakan-tindakan mereka.
Pembenaran dan legitimasi. Apartheid Afrika Selatan didasarkan pada ideologi supremasi kulit putih, yang menganggap bahwa kulit putih adalah ras yang superior dan berhak untuk menguasai dan mengeksploitasi ras-ras lain.
Ideologi ini secara terbuka dikritik dan ditentang oleh komunitas internasional, yang menganggapnya sebagai pelanggaran terhadap prinsip-prinsip hak asasi manusia dan kemanusiaan.
Apartheid Israel, di sisi lain, didasarkan pada ideologi nasionalisme Zionis, yang menganggap bahwa Yahudi adalah bangsa yang terpilih dan berhak untuk memiliki dan mendirikan negara di tanah yang dianggap sebagai tanah air historis mereka.
Ideologi ini secara diam-diam didukung dan dibenarkan oleh banyak negara Barat, terutama Amerika Serikat, yang menganggapnya sebagai bagian dari hak berdaulat dan keamanan Israel.
Ideologi ini juga sering disamarkan dengan alasan-alasan agama, budaya, dan sejarah, yang membuatnya sulit untuk dikritik dan ditantang.
Dari ketiga alasan di atas, kita dapat melihat bahwa apartheid Israel memang lebih buruk daripada apartheid Afrika Selatan, baik dari segi durasi, intensitas, kompleksitas, ambiguitas, pembenaran, maupun legitimasi.
Namun, hal ini bukan berarti bahwa kita harus mengabaikan atau meremehkan penderitaan yang dialami oleh warga Afrika Selatan di bawah apartheid. Kedua sistem tersebut sama-sama merupakan bentuk kejahatan terhadap kemanusiaan, yang harus dihapuskan dan dihindari.
Kita harus belajar dari pengalaman dan perjuangan warga Afrika Selatan, yang berhasil mengakhiri apartheid dengan damai dan demokratis, serta membangun negara yang multikultural dan inklusif.
Kita juga harus mendukung dan membantu warga Palestina, yang masih berjuang untuk membebaskan diri dari apartheid dan mendapatkan hak-hak mereka sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat.
Demikian Kisanak.
Sumber:
- Encyclopedia Britannica – Apartheid: https://www.britannica.com/topic/apartheid
- BBC News – What was apartheid?: https://www.bbc.com/news/world-africa-15670784
- United Nations – The End of Apartheid: https://www.un.org/en/observances/end-of-apartheid-day
- Human Rights Watch – South Africa’s Transition from Apartheid to Democracy: https://www.hrw.org/report/1994/06/01/south-africas-transition-apartheid-democracy
- The Guardian – Israel accused of ‘apartheid regime’ by UN experts: https://www.theguardian.com/world/2021/mar/03/israel-accused-of-apartheid-by-un-experts
- Amnesty International – Palestine and the Occupied Territories: https://www.amnesty.org/en/countries/middle-east-and-north-africa/palestine-occupied-territories/