jlk – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat 0,32% ke level 15.654 per dolar AS pada penutupan perdagangan Jumat (8/3).
Penguatan ini terjadi di tengah pelemahan dolar AS yang dipicu oleh pernyataan dovish dari ketua bank sentral AS, The Federal Reserve, Jerome Powell.
Powell mengatakan bahwa The Fed mulai mendapatkan kepercayaan yang dibutuhkan dalam penurunan inflasi untuk mulai memangkas suku bunga.
Namun, ia menambahkan bahwa The Fed masih menunggu untuk menjadi lebih yakin bahwa inflasi bergerak turun secara berkelanjutan hingga 2%.
“Ketika kami benar-benar mendapatkan keyakinan tersebut, dan kami tidak jauh dari itu, adalah tepat untuk mulai mengurangi tingkat pembatasan sehingga kami dapat jangan mendorong perekonomian ke dalam resesi,” kata Powell, dikutip dari Reuters.
Pernyataan Powell ini memberikan sentimen positif ke aset berisiko, termasuk rupiah.
Namun, analis pasar uang, Lukman Leong, memperkirakan penguatan rupiah akan terbatas mengingat investor masih menantikan data penting nonfarm payrolls (NFP) AS yang akan dirilis malam ini.
NFP adalah data yang mengukur jumlah pekerjaan baru yang diciptakan di sektor non-pertanian AS dalam sebulan.
Data ini dianggap sebagai indikator penting bagi kesehatan ekonomi AS dan kebijakan moneter The Fed.
“Data NFP AS diperkirakan akan menunjukkan peningkatan di pasar tenaga kerja AS, dengan sekitar 500 ribu pekerjaan baru pada Maret.
Jika data ini sesuai atau lebih baik dari ekspektasi, maka dolar AS bisa menguat kembali dan menekan rupiah,” ujar Lukman kepada Katadata.co.id.
Lukman memperkirakan rupiah akan bergerak dalam rentang 15.600-15.700 per dolar AS.
Sementara itu, pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, menilai rupiah berpotensi menguat lagi terhadap dolar AS hari ini.
Ia mengatakan, potensi penguatan ke arah 15.580, dengan potensi resisten di sekitar 15.680.
“Rupiah masih mendapat dukungan dari kondisi makroekonomi dalam negeri yang relatif stabil. Inflasi Maret tercatat sebesar 0,66% secara bulanan, yang sesuai dengan ekspektasi pasar. Selain itu, cadangan devisa Indonesia juga naik menjadi 138,8 miliar dolar AS pada akhir Februari, yang menunjukkan ketahanan eksternal yang kuat,” ujar Ariston.
Di sisi lain, sejumlah mata uang Asia juga menunjukkan penguatan terhadap dolar AS.
Baht Thailand menguat 0,03%, ringgit Malaysia menguat 0,34%, rupee India menguat 0,05%, peso Filipina menguat 0,06%, dan yen Jepang menguat 0,06%. (ZM)