Starbucks Indonesia: Dari Sukses ke Kontroversi

zajpreneur By zajpreneur
5 Min Read
round brown wooden table
Photo by S.Ratanak on Unsplash

jlk – Starbucks, siapa yang tidak kenal dengan merek kopi global yang berasal dari Amerika Serikat ini? Dengan lebih dari 35.000 gerai di seluruh dunia, Starbucks telah menjadi bagian dari gaya hidup urban yang menawarkan pengalaman minum kopi berkualitas tinggi dan nyaman.

Namun, di balik kesuksesannya, Starbucks juga menghadapi berbagai tantangan dan kontroversi, baik di dalam maupun di luar negeri.

Salah satunya adalah isu boikot yang muncul akibat dugaan dukungan finansial perusahaan kepada Israel, negara yang tengah berkonflik dengan Palestina.

Isu boikot ini rupanya berdampak pada kinerja PT MAP Boga Adiperkasa Tbk (MAPB), perusahaan yang mengelola waralaba Starbucks di Indonesia. Pada 27 Februari 2024, Direktur Utama MAPB, Anthony Cottan, mengajukan surat pengunduran diri dari jabatannya.

- Advertisement -

Alasan Pengunduran Diri

Menurut keterbukaan informasi yang disampaikan oleh MAPB ke Bursa Efek Indonesia (BEI), pengunduran diri Anthony Cottan dilakukan secara sukarela dan efektif terhitung sejak tanggal surat pengunduran dirinya.

Namun, tidak dijelaskan secara rinci apa motif di balik keputusan tersebut. Beberapa spekulasi yang muncul antara lain adalah faktor usia, tekanan bisnis, atau bahkan masalah pribadi.

Salah satu kemungkinan yang cukup kuat adalah adanya pengaruh dari isu boikot yang menyeret nama Starbucks.

Sejak tahun 2023, gerakan boikot terhadap produk-produk yang diduga mendukung Israel telah marak di Indonesia, sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina yang menjadi korban agresi militer Israel.

Starbucks menjadi salah satu sasaran boikot karena mantan CEO-nya, Howard Schultz, dikabarkan sebagai pendukung vokal Israel. Bahkan, beredar rumor bahwa Starbucks atau Schultz memberikan sumbangan kepada pemerintah atau tentara Israel.

- Advertisement -

Meskipun Starbucks telah membantah rumor tersebut dan menyatakan bahwa perusahaan tidak terlibat dalam politik apapun, namun gerakan boikot tetap berlanjut.

Hal ini tentu berdampak pada penurunan penjualan dan laba Starbucks di Indonesia, yang merupakan pasar potensial dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia.

Menurut data BEI, pada kuartal III-2023, laba bersih MAPB turun 15,6 persen menjadi Rp 75,9 miliar, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Sementara itu, saham MAPB juga anjlok 19,6 persen dalam sebulan terakhir.

- Advertisement -

Dengan kondisi seperti ini, tidak heran jika Anthony Cottan merasa tertekan dan memilih untuk mundur dari jabatannya.

Mungkin ia berpikir bahwa dengan mengundurkan diri, ia dapat memberikan kesempatan kepada orang lain yang lebih mampu mengatasi krisis yang dihadapi oleh MAPB.

mungkin ia merasa tidak nyaman dengan isu boikot yang terus berkecamuk dan mengancam reputasi perusahaan. Apapun alasannya, pengunduran diri Cottan menunjukkan bahwa bisnis Starbucks di Indonesia sedang mengalami masa-masa sulit.

Prospek Bisnis Starbucks di Indonesia

Meskipun menghadapi tantangan yang berat, bukan berarti bisnis Starbucks di Indonesia tidak memiliki harapan.

Sebagai salah satu pemain utama di bidang kafe dan restoran di Indonesia, MAPB memiliki portofolio yang beragam, antara lain Pizza Marzano, Krispy Kreme, Godiva, Paul Bakery, Genki Sushi, dan Subway.

Dengan diversifikasi produk ini, MAPB dapat mengurangi ketergantungan pada satu merek saja dan menjangkau segmen pasar yang lebih luas.

Selain itu, Starbucks juga memiliki loyalitas pelanggan yang cukup tinggi, terutama di kalangan kaum muda dan profesional.

Banyak orang yang datang ke Starbucks tidak hanya untuk menikmati kopi, tetapi juga untuk bersosialisasi, bekerja, atau sekadar bersantai.

Starbucks juga terus berinovasi dengan menghadirkan produk-produk baru yang sesuai dengan selera dan kebutuhan pelanggan, seperti kopi instan, minuman rendah kalori, atau varian rasa lokal.

Tentu saja, Starbucks juga harus melakukan berbagai strategi untuk mengatasi isu boikot yang menghantamnya. Salah satunya adalah dengan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas perusahaan, serta menunjukkan komitmen terhadap tanggung jawab sosial.

Starbucks dapat melakukan hal ini dengan cara menyampaikan laporan keuangan secara terbuka, memberikan sumbangan atau bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan, atau berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosial yang positif.

Dengan demikian, Starbucks dapat membangun kepercayaan dan citra positif di mata masyarakat, serta membuktikan bahwa perusahaan tidak terlibat dalam konflik Israel-Palestina.

Dengan begitu, pelanggan yang sebelumnya ragu-ragu untuk datang ke Starbucks mungkin akan kembali lagi, dan pelanggan yang setia akan tetap bertahan. Dengan kata lain, Starbucks dapat mempertahankan pangsa pasar dan loyalitas pelanggan di Indonesia.

Share This Article