Hey, Lihat Kiai dan Ustad itu Makin Lama kok Makin Dukun Saja!

rasyiqi By rasyiqi - Writer, Digital Marketer
5 Min Read
Hey, Lihat Kiai dan Ustad itu Makin Lama kok Makin Dukun Saja! (Ilustrasi)
Hey, Lihat Kiai dan Ustad itu Makin Lama kok Makin Dukun Saja! (Ilustrasi)

Indonesia, negeri dengan pluralisme budaya dan agama yang kaya, tidak pernah kekurangan tokoh spiritual yang dianggap punya “kekuatan lebih.”

Namun, belakangan ini, ada fenomena menarik yang bikin kita garuk-garuk kepala: semakin banyak kiai dan ustaz yang berubah jadi semacam dukun.

Fenomena ini jelas terlihat dari maraknya mereka yang mengklaim bisa mengusir roh jahat, membaca masa depan, atau menyembuhkan penyakit dengan metode yang lebih mistis daripada ilmiah.

Kiai atau Dukun?

Sejatinya, peran kiai dan ustaz dalam masyarakat adalah sebagai pemimpin spiritual yang membimbing umat menuju jalan yang benar sesuai ajaran agama.

- Advertisement -

Namun, dengan semakin berkembangnya media sosial dan kebutuhan masyarakat akan “keajaiban instan,” banyak tokoh agama yang terjerumus ke dalam praktik-praktik mistis.

Misalnya, kita bisa melihat fenomena Ustaz Dhanu yang sering tampil dengan metode ruqyah yang mencampuradukkan doa dengan ritual mistis yang membuat penonton terpana sekaligus bingung.

Tidak ketinggalan, ada juga fenomena “pawang hujan” yang mendadak menjadi sorotan publik, terutama saat perhelatan besar seperti MotoGP Mandalika tahun lalu.

Bayangkan saja, di era satelit dan teknologi canggih, kita masih menggantungkan nasib pada pawang hujan untuk menjinakkan cuaca.

Meskipun ada sisi kultural yang patut dihargai, tapi mari kita jujur, apakah ini tidak membuat kita terlihat kurang rasional di mata dunia?

- Advertisement -

Viral dan Kontroversial

Fenomena ini tentu saja tidak lepas dari peran media sosial. Dengan platform seperti YouTube, TikTok, dan Instagram, tokoh-tokoh ini bisa dengan mudah menjadi viral.

Ambil contoh Mbah Mijan yang kerap meramal kejadian-kejadian besar di Indonesia dan memiliki ribuan pengikut setia.

Atau Ki Arjuna Samudra yang menawarkan berbagai macam “jasa spiritual” dengan tampilan dan gaya yang lebih mirip pesulap daripada ustaz.

- Advertisement -

Masyarakat kita memang memiliki ketertarikan tinggi pada hal-hal supranatural. Mungkin karena rasa penasaran, mungkin juga karena keinginan untuk menemukan solusi cepat atas masalah yang dihadapi.

Ketika kehidupan semakin sulit dan penuh ketidakpastian, janji-janji “ajaib” dari para tokoh mistis ini menjadi semacam pelarian psikologis yang memberi rasa aman meskipun semu.

Mistisisme vs. Ilmu Pengetahuan

Di sisi lain, perkembangan ini juga menunjukkan betapa masih kuatnya pengaruh logika mistika dalam cara berpikir masyarakat kita.

Tan Malaka dalam bukunya “Madilog” sudah menyoroti bagaimana bangsa kita sering terjebak dalam cara berpikir yang mengutamakan hal-hal gaib daripada pendekatan ilmiah. Ini membuat kita sulit maju dan tetap berada dalam lingkaran masalah yang sama.

Ketika dunia luar mulai memanfaatkan teknologi untuk mengatasi masalah sehari-hari, kita masih saja mengandalkan ritual mistis. Ini bukan hanya terjadi di kalangan masyarakat pedesaan, tetapi juga di kota-kota besar yang seharusnya lebih terdidik dan rasional.

Misalnya, peserta tes CPNS yang ketahuan membawa jimat ke dalam ruangan ujian, atau penyelenggara acara besar yang merasa perlu menyewa jasa pawang hujan.

Pakai Akalmu

Tentu saja, ini bukan berarti kita harus meninggalkan semua nilai-nilai spiritual. Tapi ada baiknya kita mulai membedakan mana yang benar-benar ajaran agama dan mana yang hanya bungkus mistis tanpa dasar yang jelas.

Agama mengajarkan kita untuk berusaha maksimal sebelum bertawakal, bukan sekadar mengandalkan ritual-ritual yang tidak logis.

Pendidikan dan pengetahuan adalah kunci utama untuk mengikis kepercayaan pada hal-hal mistis yang tidak masuk akal. Kita perlu mengajarkan generasi muda untuk berpikir kritis dan rasional, sambil tetap menjaga nilai-nilai spiritual yang benar.

Masyarakat yang cerdas adalah masyarakat yang mampu membedakan antara iman dan takhayul, antara usaha nyata dan janji-janji palsu.

Kesimpulan

Fenomena kiai dan ustaz yang semakin mirip dukun adalah cerminan dari masyarakat yang masih terjebak dalam logika mistika.

Kita perlu berbenah dan mengubah cara berpikir agar bisa maju dan bersaing di era teknologi ini.

Mari kita gunakan akal dan ilmu pengetahuan sebagai pedoman, sambil tetap menjaga nilai-nilai spiritual yang sejati. Karena pada akhirnya, iman yang tulus tidak memerlukan embel-embel mistis untuk menjadi kuat.

Topik:
Share This Article