jlk – Kerah baju mungkin terlihat sebagai bagian yang biasa dan sepele dalam pakaian. Namun, jika kita menelusuri sejarahnya, kita akan menemukan bahwa kerah baju memiliki makna dan fungsi yang lebih dari sekadar elemen estetika.
Kerah baju juga menjadi simbol status sosial, membedakan kelas atau posisi seseorang dalam hierarki masyarakat.
Pada pertengahan abad ke-15, tatanan busana di dunia Barat mengalami transformasi penting seiring dengan munculnya kecenderungan memakai kerah pada pakaian.
Sebelumnya, kebanyakan orang mengenakan pakaian dengan leher yang rendah tanpa keberadaan kerah.
Tetapi dengan berkembangnya dunia mode pada periode ini, kerah mulai menjadi elemen kunci dalam desain pakaian.
Perubahan tersebut tidak hanya mencakup bentuk dan dimensi kerah, tetapi juga menghadirkan beragam variasi dalam gaya berpakaian, mencerminkan pergeseran selera dan kebutuhan fashion di kalangan masyarakat Barat.
Lebih dari sekadar elemen gaya, kerah juga berfungsi sebagai simbol status sosial, membedakan kelas atau kedudukan seseorang dalam masyarakat.
Orang-orang dari kalangan atas umumnya memilih kerah yang lebih besar dan rumit, seringkali dihiasi dengan detail mewah, sementara kalangan bawah cenderung memilih kerah yang lebih sederhana dan praktis.
Oleh karena itu, perkembangan tren kerah tidak hanya mencerminkan evolusi mode, melainkan juga mencitrakan dinamika kompleks dalam struktur sosial pada masa itu.
Berikut adalah beberapa jenis kerah baju yang populer di masa lalu dan makna yang terkandung di baliknya:
Kerah Mandarin
Kerah mandarin, kerah tegak, atau kerah choker adalah gaya kerah pendek yang tidak dilipat pada kemeja atau jaket.
Gaya ini berasal dari sebutan orang barat pada birokrat Tiongkok era Dinasti Qing. Mereka yang menggunakan pakaian berkerah seperti ini sebagai bagian dari seragam mereka.
Kerah mandarin menunjukkan identitas dan otoritas para pejabat Tiongkok yang memiliki kekuasaan dan pengaruh besar dalam pemerintahan.
Kerah ini juga melambangkan kesederhanaan dan kesopanan, sesuai dengan nilai-nilai Konfusianisme yang dianut oleh para birokrat tersebut.
Kerah mandarin kemudian menyebar ke berbagai negara Asia, seperti Jepang, Korea, Vietnam, dan India, yang memiliki hubungan diplomatik atau budaya dengan Tiongkok.
Kerah ini juga dipengaruhi oleh gaya pakaian tradisional setempat, seperti kimono, hanbok, ao dai, dan kurta.
Kerah Ruff
“Portrait of a Woman” oleh Michiel Jansz van Miereveldt dari 1628 yang menampilkan perempuan berkerah ruff
Kerah ruff adalah kerah yang berbentuk lingkaran dan berlipat-lipat di sekitar leher. Kerah ini sangat populer di Eropa pada abad ke-16 dan ke-17, terutama di kalangan bangsawan dan aristokrat. Kerah ini menjadi salah satu ciri khas dari era Renaissance dan Elizabethan.
Kerah ruff menunjukkan kemewahan dan kekayaan pemakainya, karena membutuhkan bahan, tenaga, dan biaya yang besar untuk membuatnya.
Kerah ini dibuat dari kain linen atau renda yang dicelup dengan tepung pati agar kaku dan berdiri. Kerah ini juga sering dihiasi dengan perhiasan, sulaman, atau warna-warni.
Kerah ruff juga menunjukkan status sosial dan politik pemakainya, karena ukuran dan bentuknya berbeda-beda sesuai dengan tingkat kehormatan atau jabatan seseorang.
Semakin besar dan lebar kerah ruff, semakin tinggi kedudukan seseorang. Kerah ruff juga menjadi simbol loyalitas terhadap raja atau ratu, yang juga mengenakan kerah ini.
Kerah Medici
potret María de Médici dalam lukisan Frans Pourbus the Younger
Kerah Medici adalah kerah yang berbentuk segitiga dan berdiri kaku di belakang leher. Kerah ini populer di kalangan para bangsawan dan istana pada abad ke-16 dan ke-17, terutama di Prancis dan Italia.
Kerah ini biasanya dipakai bersama gaun berpotongan leher terbuka dan rendah yang memperlihatkan sebagian dada pemakainya.
Kerah Medici menunjukkan keanggunan dan kecantikan pemakainya, karena memberikan kesan anggun dan elegan pada leher dan wajah.
Kerah ini juga menunjukkan kecanggihan dan kebudayaan pemakainya, karena terinspirasi dari gaya pakaian Renaisans Italia, yang dikenal sebagai pusat seni dan ilmu pengetahuan pada masa itu.
Kerah Medici diperkenalkan di Prancis oleh Marie de’ Medici, keponakan dari Grand Duke of Tuscany, pada abad ke-16 M.
Dia mengimpornya dengan harga luar biasa mahal dari negara asalnya, Italia, karena harus menabrak hukum yang membatasi segala urusan dengan Italia. Sebutan atas kerah ini memakai nama belakangnya dua abad kemudian.
Kerah Golila
Potret Raja Philip IV dari Spanyol (1601-1665) mengenakan pakaian berkerah golila dalam lukisan karya Diego Velázquez.
Kerah Golila adalah kerah yang berbentuk persegi dan melebar di bawah dagu. Kerah ini banyak dipakai di Spanyol pada abad ke-17, terutama oleh raja, pejabat, dan tentara. Kerah ini menjadi salah satu ciri khas dari era Barok dan Habsburg.
Kerah Golila menunjukkan kekuasaan dan kewibawaan pemakainya, karena memberikan kesan gagah dan berwibawa pada leher dan dada.
Kerah ini juga menunjukkan kesetiaan dan kedisiplinan pemakainya, karena mengikuti aturan dan standar yang ketat dalam pemakaian dan perawatannya.
Kerah Golila kemudian digantikan oleh kerah yang lebih rendah dan ringan, karena dianggap tidak nyaman dan menghambat gerak.
Kerah ini juga menjadi sasaran kritik dan ejekan dari negara-negara lain, yang menganggapnya ketinggalan zaman dan konyol.
Kerah Vandyke
Model kerah vandyke dalam lukisan karya Sir Anthony Van Dyck (1641-1641) yang berjudul Charles I (1600-49).
Kerah Vandyke adalah kerah yang berbentuk melengkung dan bergerigi di sekitar leher. Kerah ini populer di Inggris dan Belanda pada abad ke-17, terutama di kalangan kaum pria.
Kerah ini dinamai menurut pelukis terkenal Sir Anthony Van Dyck, yang sering menggambarkan tokoh-tokoh berkerah ini dalam karyanya.
Kerah Vandyke menunjukkan keindahan dan keartistikan pemakainya, karena memberikan kesan indah dan artistik pada leher dan bahu.
Kerah ini juga menunjukkan kebebasan dan kreativitas pemakainya, karena memiliki variasi bentuk dan warna yang beragam, sesuai dengan selera dan gaya masing-masing.
Kerah Vandyke biasanya dibuat dari kain renda atau brokat, dan sering dipadukan dengan syal, dasi, atau kalung. Kerah ini juga sering dihiasi dengan sulaman, manik-manik, atau mutiara.
Kerah Bertha
Kerah bertha adalah kerah yang berbentuk pipih dan melebar di sekitar bahu. Kerah ini populer di kalangan kaum wanita pada abad ke-19, terutama di era Victoria.
Kerah ini biasanya dipakai bersama gaun berpotongan leher rendah dan lebar yang menonjolkan bahu dan dada pemakainya.
Kerah bertha menunjukkan kefemininan dan keanggunan pemakainya, karena memberikan kesan feminin dan anggun pada leher
dan anggun pada leher dan dada. Kerah ini juga menunjukkan kelembutan dan kepolosan pemakainya, sesuai dengan citra wanita ideal pada masa itu.
Kerah bertha biasanya dibuat dari kain sutra, satin, atau beludru, dan sering dipadukan dengan bros, kalung, atau syal. Kerah ini juga sering dihiasi dengan sulaman, renda, atau pita.
Kerah Peter Pan
Kerah Peter Pan adalah kerah yang berbentuk bulat dan pipih di sekitar leher. Kerah ini populer di kalangan anak-anak dan remaja pada abad ke-20, terutama di era Roaring Twenties dan Swinging Sixties.
Kerah ini dinamai menurut karakter fiksi Peter Pan, yang sering digambarkan mengenakan baju berkerah ini dalam cerita dan film.
Kerah Peter Pan menunjukkan keceriaan dan kekanak-kanakan pemakainya, karena memberikan kesan ceria dan kanak-kanak pada leher dan wajah.
Kerah ini juga menunjukkan kebebasan dan kreativitas pemakainya, karena memiliki variasi bentuk dan warna yang beragam, sesuai dengan selera dan gaya masing-masing.
Kerah Peter Pan biasanya dibuat dari kain katun, flanel, atau jersey, dan sering dipadukan dengan dasi, syal, atau kalung. Kerah ini juga sering dihiasi dengan sulaman, manik-manik, atau pita.
Kerah Polo
Kerah Polo adalah kerah yang berbentuk lipat dan melebar di sekitar leher. Kerah ini populer di kalangan pria dan wanita pada abad ke-20 dan ke-21, terutama di era Preppy dan Casual Friday.
Kerah ini dinamai menurut olahraga polo, yang sering memakai baju berkerah ini dalam pertandingan dan latihan.
Kerah Polo menunjukkan kesejukan dan kenyamanan pemakainya, karena memberikan kesan sejuk dan nyaman pada leher dan dada.
Kerah ini juga menunjukkan keaktifan dan kedinamisan pemakainya, karena cocok dipakai dalam berbagai aktivitas dan situasi, baik formal maupun informal.
Kerah Polo biasanya dibuat dari kain pique, mesh, atau interlock, dan sering dipadukan dengan dasi, syal, atau kalung. Kerah ini juga sering dihiasi dengan logo, emblem, atau patch.
Dari berbagai jenis kerah baju di atas, kita dapat melihat bahwa kerah baju bukan hanya bagian dari pakaian, tetapi juga cerminan dari gaya, status, dan identitas seseorang.
Kerah baju juga menjadi media komunikasi nonverbal yang efektif, karena dapat menyampaikan pesan dan makna tertentu tanpa perlu kata-kata.
Meskipun tren dan gaya kerah baju terus berubah seiring waktu, namun makna dan fungsi kerah baju sebagai simbol status sosial tetap relevan hingga saat ini.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami dan menghargai kerah baju sebagai bagian dari budaya dan sejarah kita.