jlk – Pada suatu hari yang cerah di Vatican City, Paus Fransiskus, pemimpin umat Katolik dunia, berdiri tegap di depan audiensinya.
Dengan nada yang penuh empati dan mata yang berbinar-binar, ia mengulang seruannya untuk melakukan perundingan guna mengakhiri perang di Ukraina dan Gaza.
“Jangan pernah kita lupa, perang selalu merupakan kekalahan. Kita tidak bisa maju selama perang,” ujarnya dengan tegas.
Kata-kata ini, yang diucapkan oleh seorang pemimpin spiritual berusia 87 tahun, menggema di seluruh dunia, menyeru kepada kita semua untuk merenung dan bertindak.
Namun, seruan ini tidak diterima dengan baik oleh semua pihak. Ukraina, yang memasuki tahun ketiga perang melawan Rusia, bereaksi dengan marah dan mengatakan bahwa pihaknya tidak akan pernah menyerah.
“Bendera kami adalah bendera kuning dan biru. Ini adalah bendera di mana kita hidup, mati, dan menang. Kami tidak akan pernah mengibarkan bendera lain,” ujar Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba di media sosial.
Namun, Paus Fransiskus tetap berpegang teguh pada keyakinannya. “Saya pikir yang terkuat adalah yang melihat situasi, memikirkan rakyatnya dan berani mengibarkan bendera putih, serta bernegosiasi,” kata Paus dikutip dari Associated Press. Ia percaya bahwa pembicaraan harus dilakukan dengan bantuan kekuatan internasional.
Paus Fransiskus, dengan kebijaksanaan dan ketenangannya, mengajak kita semua untuk melihat lebih jauh dari apa yang tampak di permukaan.
Ia mengajak kita untuk melihat bahwa di balik setiap konflik, ada manusia-manusia yang menderita. Ada orang-orang di Palestina yang menderita akibat perang. Ada penduduk Ukraina yang menjadi martir.
Jadi, mari kita renungkan pesan dari Paus Fransiskus. Mari kita ingat bahwa perang selalu merupakan kekalahan.
Mari kita berusaha untuk berunding dan bernegosiasi. Karena pada akhirnya, kita semua adalah satu. Kita semua adalah manusia. Dan kita semua pantas mendapatkan perdamaian.