Tak Kunjung Dapat Kabar Setelah Interview? Mungkin Anda Jadi Korban ‘Ghosting’!

Alvin Karunia By Alvin Karunia
6 Min Read
job interview, interview, success

Anda mungkin pernah mengalami situasi ini: Anda melamar pekerjaan di perusahaan impian Anda, mengikuti serangkaian tes dan wawancara, dan merasa yakin bahwa Anda akan mendapatkan tawaran pekerjaan.

Namun, setelah menunggu beberapa hari, minggu, atau bahkan bulan, Anda tidak mendengar kabar apa pun dari pihak perusahaan. Anda mencoba menghubungi HRD, tapi tidak ada balasan. Anda merasa bingung, kecewa, dan marah. Anda merasa di-ghosting oleh perusahaan.

Ghosting adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menggambarkan fenomena ketika seseorang menghentikan komunikasi secara tiba-tiba tanpa alasan yang jelas. Ghosting sering terjadi dalam konteks hubungan percintaan, tetapi juga bisa terjadi dalam dunia kerja. 

Menurut survei yang dilakukan oleh Indeed, 18% pencari kerja mengaku pernah di-ghosting oleh perusahaan setelah wawancara, dan 28% mengaku pernah di-ghosting setelah menerima tawaran pekerjaan.

- Advertisement -

Ghosting dalam proses rekrutmen bisa berdampak negatif bagi pencari kerja maupun perusahaan. Bagi pencari kerja, ghosting bisa menimbulkan rasa tidak pasti, frustrasi, dan hilangnya kepercayaan diri.

Bagi perusahaan, ghosting bisa merusak reputasi, mengurangi loyalitas, dan meningkatkan biaya rekrutmen. Lalu, apa penyebab dan cara mengatasi ghosting dalam proses rekrutmen?

Penyebab Ghosting dalam Proses Rekrutmen

Ghosting dalam proses rekrutmen bisa disebabkan oleh berbagai faktor, baik dari sisi pencari kerja maupun perusahaan. Berikut adalah beberapa penyebab umum ghosting dalam proses rekrutmen:

  • Persaingan yang ketat. Di era digital, pencari kerja bisa dengan mudah mengirimkan lamaran ke banyak perusahaan sekaligus. Hal ini meningkatkan persaingan antara kandidat, sehingga perusahaan mungkin sulit untuk memilih kandidat terbaik.
    Perusahaan juga bisa kehilangan kandidat karena mereka sudah mendapatkan tawaran pekerjaan lain. Akibatnya, proses rekrutmen bisa berlangsung lama dan tidak efisien, dan komunikasi antara perusahaan dan pencari kerja bisa terputus.
  • Kurangnya transparansi. Perusahaan mungkin tidak memberikan informasi yang jelas dan lengkap tentang proses rekrutmen, seperti tahapan, durasi, kriteria, dan hasilnya. Perusahaan juga mungkin tidak memberikan feedback yang konstruktif kepada pencari kerja, baik positif maupun negatif.
    Hal ini bisa membuat pencari kerja merasa bingung, tidak dihargai, dan tidak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya.
  • Perubahan kebijakan atau anggaran. Perusahaan mungkin mengalami perubahan kebijakan atau anggaran yang mempengaruhi keputusan rekrutmen. Misalnya, perusahaan mungkin membatalkan, menunda, atau mengubah posisi yang dibutuhkan.
    Perusahaan juga mungkin mengalami krisis, merger, atau restrukturisasi yang memengaruhi prioritas bisnis. Hal ini bisa membuat perusahaan tidak dapat melanjutkan proses rekrutmen atau memberikan penjelasan kepada pencari kerja.
  • Kurangnya etika profesional. Baik pencari kerja maupun perusahaan mungkin tidak memiliki etika profesional yang baik dalam proses rekrutmen. Pencari kerja mungkin tidak menghormati waktu dan komitmen perusahaan, seperti tidak datang ke wawancara, tidak memberikan konfirmasi, atau tidak memberitahu jika sudah mendapatkan pekerjaan lain.
    Perusahaan mungkin tidak menghormati hak dan harapan pencari kerja, seperti tidak memberikan respon, tidak memberikan tawaran pekerjaan secara tertulis, atau tidak memberikan kompensasi yang sesuai.

Cara Mengatasi Ghosting dalam Proses Rekrutmen

Ghosting dalam proses rekrutmen bisa dicegah atau diminimalkan dengan cara-cara berikut:

  • Meningkatkan komunikasi. Komunikasi yang terbuka, jelas, dan konsisten adalah kunci untuk menghindari ghosting dalam proses rekrutmen. Pencari kerja dan perusahaan harus saling memberikan informasi yang relevan, seperti status, harapan, dan keputusan.
    Pencari kerja dan perusahaan juga harus saling memberikan feedback yang konstruktif, baik positif maupun negatif. Komunikasi bisa dilakukan melalui berbagai saluran, seperti email, telepon, atau media sosial.
  • Menjadwalkan tindak lanjut. Tindak lanjut adalah cara untuk memastikan bahwa proses rekrutmen berjalan lancar dan tidak terputus. Pencari kerja dan perusahaan harus menentukan jadwal untuk tindak lanjut setelah setiap tahap rekrutmen, seperti tes, wawancara, atau penawaran pekerjaan.
    Tindak lanjut bisa berupa mengirim email, membuat panggilan telepon, atau mengirim pesan singkat. Tindak lanjut juga bisa berupa mengirim ucapan terima kasih, mengajukan pertanyaan, atau memberikan konfirmasi.
  • Memanfaatkan teknologi. Teknologi bisa membantu mempermudah dan mempercepat proses rekrutmen, serta mengurangi risiko ghosting. Pencari kerja dan perusahaan bisa memanfaatkan perangkat lunak rekrutmen, seperti sistem pelacakan pelamar, alat tes online, atau alat komunikasi otomatis.
    Teknologi juga bisa membantu pencari kerja dan perusahaan untuk mencari informasi, seperti profil, reputasi, atau ulasan.
  • Membangun hubungan. Hubungan yang baik antara pencari kerja dan perusahaan bisa meningkatkan kepercayaan, loyalitas, dan profesionalisme. Pencari kerja dan perusahaan harus saling menghormati, menghargai, dan mengapresiasi satu sama lain.
    Pencari kerja dan perusahaan juga harus menunjukkan antusiasme, minat, dan dedikasi terhadap pekerjaan dan perusahaan. Hubungan yang baik bisa membantu pencari kerja dan perusahaan untuk menjaga komunikasi dan kerjasama.

Ghosting dalam proses rekrutmen adalah fenomena yang tidak menyenangkan dan merugikan bagi pencari kerja maupun perusahaan.
, dengan cara-cara di atas, ghosting bisa dicegah atau diminimalkan. Dengan demikian, proses rekrutmen bisa berjalan dengan lebih efektif dan efisien, dan pencari kerja dan perusahaan bisa mendapatkan hasil yang optimal.

- Advertisement -
Share This Article